Sastera

Epal penggoda

epal penggoda (23)

gadis dan sejambang bunga keluli
ambillah leher, hirup darahku, perawan pagi!

aku tahu cinta berhijap seperti loyang dan kaca
sekali lagi: ambillah leherku perawan pagi!

seperti yang sering kuulang-ulang padamu:
setia takkan pecah dengan mata perak,
kau akan membawaku pergi, dengan dada kiri.

debu pada bibir, debu pada leher
seorang pemahat dengan tangan logam, mengimpal
dan menyembah.

epal penggoda (24)

udara atau asap bukan tembok jarak dan waktu. bukan cinta.
cuma kepulan desah dan nafas–kuda, hering, babi–kau namakan!

wujud cuma pada batas detik dan waktu. ada, kemudian tiada,
kemudian tak pernah ada.

udara dan kepulan asap, kita tak akan pernah menghangat di kamar.
dalam bicara, renung dan bisik yang bertelanjang,
di tanganku sebiji epal pemalu adam dan eva.
tapi kita pulang menghempas mimpi, segalanya dengan ragu.

ada bibirmu di gelas bir, menyarik-nyarik di bawah bintang malam jakarta.
bibirmu di gelas bir akhirnya pergi bersama keluli kota
meninggalkan nafas–kuda, hering, babi–kau namakan!

pada batas detik dan waktu. ada, kemudian tiada, kemudian tak pernah ada.
bibirmu seperti kaleng sumpah: kau lepas, kulepas dan kita masih membekas.